Langsung ke konten utama

Sayang Sahabat



Sejak aku duduk di bangku kelas 4 SD aku mengenalnya sebagai sahabat yang sangat menyenangkan. Aku mengenalnya ketika aku bergabung di Sekolah Minggu. Saat itu dia tipe orang yang acuh, dingin, dan dia tidak ada perasaan ingin berkenalan denganku. Namun bagaimana juga, waktu dan Tuhanlah yang mempertemukanku sehingga kami saling mengenal. Kehangatan persahabatan antara aku dengannya tak berhenti di situ, salah satu kakak pengajar menawarkan sesuatu padaku dan teman – temanku, yaitu membentuk sebuah band. Setelah kakak pengajar menguji kemampuan kami berlima, akhirnya aku terpilih menjadi vokalis. Dan temanku itu menjadi drumer. Ketika dia memainkan drum dengan wajah polosnya, sempat aku tertawa kecil dan berkata dalam hati, “ Terima Kasih Tuhan, Kau memberiku hadiah terindah daripada barang – barang yang berharga, aku bahagia, Kau pertemukanku dengannya dan bersahabat hingga detik ini “

Dari band itulah, kami berlima semakin akrab dan mengenal satu sama lain. Kemana – mana, kita selalu bersama, saling berbagi makanan, berbagi kejutan. Indah sekali saatku mengenang semua hal itu. Ada 1 hal yang tak kulupa dari si drumer ini, dengan sengajanya ia memelukku dari belakang dengan tersenyum. Aku sempat bingung, apa maksudnya. Kemudia aku bertanya padanya, dan singkat jawabannya, “ Aku sayang kamu “. Oh my God, itu membuatku malu karena banyak teman – teman berada di sekelilingku. Aku tahu dia bercanda, karena dia memang orang yang suka humor. Tanpa komando, semua temanku ketika mendengar jawabannya tertawa terbahak – bahak. Aku hanya menahan malu atas perlakuan itu, tapi bagaimana juga, dia memang dia, membuat suasana saat menjadi hidup penuh tawa bahagia.

“ Terima kasih pujianmu itu, menyakitkan tahu! “
“ Ah masak sih? Aku kan memang sayang kamu “
“ Sayang sih sayang, tapi tidak usah berlebihan. Sampai – sampainya kamu memelukku. Apa kamu tidak malu dengan teman – teman? “
“ Buat apa malu “
“ Jangan bertindak bodoh. Sudah ah! Gak lucu “
“ Hei! Mau kemana kamu. Masak aku ditinggal sih? “
“ Mana urus! “

Aku berlari keluar dengan wajah marah, walau sebenarnya aku hanya bercanda. Hari itu membuatku kembali ceria setelah mendapatkan masalah di sekolah karena dikira aku merusak taman depan kelas.

“ Hai! “
“ Hai juga. Masih berani ya SMS aku? “
“ Hahaha. Jangan begitulah, tadikan aku hanya bercanda. Kamu nih yang tidak bisa diajak bercanda “
“ Tapi bercandamu itu berlebihan. Dikira nanti kita ada apa – apa. “
“ Bagus dong! Hahahaha “
“ Kamu mulai lagi. Kamu senang ya dianggap tidak normal sama teman – teman? “
“ No problem. Asalkan sama kamu! “
“ Hush! Gila ya kamu, kamu sahabat TERANEH bagiku. “
“ Hahahaha. Aku itu melakukan hal ini agar kamu tidak bosan denganku. Karena dari kemarin kita latihan band, ku lihat kamu suntuk banget. Jadi aku hibur kamu aja biar kamu bahagia. Sorry kalau buat kamu terganggu. “
“ Ya Tuhan, baik banget kamu ternyata. Sampai – sampainya kamu memahami perasaanku saat itu. Terima kasih ya. “
“ Iya sayangku. Hahaha “
“ Oke lah sahabat tersayang. “

Setelah beberapa bulan kami tidak latihan band, karena kami mempunyai kesibukan masing – masing. Aku sudah kelas 6, sehingga aku harus terfokuskan untuk Ujian Negara. Ingin  sekali aku bertemu dengan teman – teman, terutama si drumer itu. Tapi keadaan mulai berubah. Aku sudah tak pernah melihatnya datang ke gereja. Aku bingung, apa yang membuatnya jarang datang? Akhirnya ku tanya pada temanku. Temanku berkata, “ Sabarlah. Sahabatmu sedang tak sadar. Dia mulai bergaul dengan teman – teman yang tak punya aturan, dia sudah mengenal rokok dan terkadang, dia membeli minuman keras dan meminumnya bersama teman – temannya itu “. Aku pun terkejut mendengar pernyataan ini. Apakah iya? Aku setengah percaya dan setengah ragu. Alhasil, aku mencoba berkomunikasi dengannya lewat sosial  media. Benar apa yang dikatakan temanku, dia sudah berubah. Dia bukanlah dia yang ku kenal dulu. Ternyata inilah alasanya dia tak pernah berkomunikasi denganku lagi dan jarang berangkat ke gereja. Aku sudah berusaha menyadarkannya, namun dia menunjukan sikap penolakan dan berulang - ulang membantahku. Sakit hati yang kurasakan ketika ia seperti itu. Entahlah, kapan dia sadar. Namun, tak berhenti aku berharap pada Tuhan agar dia kembali pada dirinya yang dulu walau tidak 100% seperti apa yang kuharapkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS PUISI " SEPISAUPI "

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEPISAUPI Sepisau luka sepisau duri Sepikul desa sepukau sepi Sepisau duka serisau diri Sepisau sepi sepisau nyanyi Sepisaupa sepisaupi Sepisapanya sepikan sepi Sepisaupa sepisaupi Sepikul diri sekeranjang diri Sepisaupa sepisaupi Sepisaupa sepisaupi Sepisau sepisaupi Sampai pisaunya ke dalam nyanyi Oleh : Sutardji Calzoum Bahri A.     Analisis Puisi “ SEPISAUPI “.   Pendahuluan Sastra dengan bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1990: 218). Bahasa sebagai sistem tanda primer dan sastra dianggap sebagai sistem tanda sekunder menurut istilah Lotman (dalam Teeuw, 1984: 99). Bahasa sebagai sistem tanda primer membentuk model dunia bagi pemakainya, yakni sebagai model yang pada prinsipnya digunakan untuk mewujudkan konseptual manusia di dalam menafsirkan segala sesuatu baik di dalam maupun di luar dirinya. Selanjutnya,

Sinopsis Novel Sang Pencerah

Ahmad Dahlan adalah seorang pendiri organisasi Muhammadiyah yang penuh dengan tantangan dalam mengembangkan dan mengajarkan Agama Islam. Banyak dari pemikirannya yang ditentang keras oleh keluarga, kerabat, dan lingkungan masyarakat Kauman. Sejak kecil Dahlan memiliki pemikiran modern yang berbeda dengan saudaranya mengenai tradisi yang mengaitkan agama yang tidak masuk akal, seperti yasinan,  ruwatan, dan padusan. Baginya yang seperti itu tidak ada dalil yang mewajibkannya sehingga anggapan tentang tradisi bagi Dahlan dinilai salah kaprah. Sejak kecil Dahlan hidup dalam lingkungan pesantren yang membekalinya pengetahuan tentang agama dan bahasa Arab sehingga pada usia lima belas tahun beliau sudah menunaikan ibadah haji yang selanjutnya menuntut ilmu agama dan bahasa Arab di Makkah selama lima tahun. Bekal ilmu yang didapatnya selama di Makkah, membuatnya semakin intens dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam. Adanya interaksi dengan pembaharu tokoh-tokoh Islam, berpen

Cerita Anekdot : Ego Pemimpin

Di suatu negara, ada sebuah penduduk yang terbagi menjadi 2 bagian. Apa yang dimaksud? 2 bagian ini adalah bagian barat dan bagian timur. Di bagian barat, penduduk sudah mengalami dan mengikuti perkembangan zaman. Sedangkan, di bagian timur, penduduk belum mengalami dan mengikuti perkembangan zaman. Suatu saat, negara tersebut sedang dipimimpin seseorang yang mementingkan kepentingan pribadi. Penduduk sebenarnya bingung, karena tidak ada musyawarah atau voting namun ada pemimpin yang dipilih secara aklamasi oleh pemimpin lama. Dan terjadilah perubahan dahsyat. Pemimpin itu merubah sistem kenegaraan dan membuat Undang – Undang sendiri. Karena pemimpin ini terlahir di wilayah bagian Barat di dalam perubahannya, pemimpin tersebut menguntungkan penduduk yang tinggal di bagian Barat. Dia sosok pemimpin yang acuh dan tidak mau mendengarkan kritikan dari penduduknya. Dia mempunyai prinsip, “ akulah pemimpin yang pandai, paling benar dan semua tindakanku tidak pernah salah “. Di