“ Hidupku itu
diselimuti kebohongan “. Kata Ronald
“ Apa yang kau maksud?
Aku tak mengerti “ jawab Rani
“ Apa kau tak melihat.
Aku seorang motivator. Selalu memberikan motivasi dan nasihat pada semua orang.
Tapi, hidupku ini tidak sesuai apa yang aku katakan. Itu sama saja aku
berbohong pada orang lain dan pada diriku sendiri “, tegas Ronald
“ Itu hanya perasaanmu
saja. Sudahlah, berfikirlah optimis. Suatu saat nanti, kau akan menemukan jawaban dan jalan terbaik
“, kata Rani
“ Terima kasih Ran. Kau
baik sekali memberikanku semangat untuk terus optimis dalam segala hal. Kau
motivatorku “
“ Sudahlah jangan
berlebihan seperti itu. Aku tak suka kau memujiku berlebihan “ jawab Rani.
Setelah mereka
berbincang – bincang di restoran, akhirnya mereka meninggalkan tempat itu dan kembali ke aktivitas masing - masing.
...
Dear Diary
Sampai
kapankah aku harus memendam rasa ini. Aku ingin segera dia mengerti perasaanku
dan menyatakan perasaan padaku. Dia selalu saja menganggapku sebagai
motivatornya. Namun, aku tetap sabar menunggunya hingga dia mengetahui bahwa
aku mencintainya. Dear Diary, aku tak tahu Tuhan mempunyai rencana apa untuk
aku dan dirinya.
Setiap malam sebelum
Rani merebahkan badan di atas kasur kesayangannya, dia selalu menyempatkan
menulis perasaannya di sebuah buku kesayangan miliknya. Maklumlah, walau sudah
era modern, Rani tetap memegang teguh kebiasaan masa kecilnya dulu. Entah apa
yang membuat Rani merasa nyaman di samping lelaki yang diidamkannya. Dia ingin menjadi pasangan hidup lelaki itu. Namun terkadang
pula Rani sempat pesimis karena dia merasa tidak pantas menjadi pendamping
hidup lelaki tersebut. Dia tahu bahwa lelaki yang di cintainya itu anak
seorang gubernur. Dia selalu berfikir “ Apakah aku pantas menjadi menantu
seorang gubernur? Aku hanyalah anak seorang buruh tani yang tidak sepadan
untuknya. Apakah ini hanyalah imajinasiku yang telalu tinggi.“
dendi, coba kirim tulisanmu dalam bentuk word ke rois.rinaldi.muhammad@gmail.com. semua yang pernah dikau tulis, kirimlah.
BalasHapus