Sepi, suram dan remang
adalah isi rumahku. Di sekitar rumah, hanya ada hiasan batu yang berdiri dan
terhias oleh bunga yang bertaburan di tengah 2 batu itu. Aku sendiri tak di
sekolahkan, hanya membantu kakek mencari batang pohon dan membantu nenek memasak
di dapur. Karena usia mereka bertambah tua, di usiaku yang ke 7 tahun mereka
menutup mata selamanya. Lalu aku di kirimkan ke panti asuhan.
Setelah aku tinggal di
panti asuhan, aku di adopsi oleh orang tua baruku. Ketika 1 minggu di rumah
orang tua baru, aku di sambut baik dan di perhatikan terus. Namun setelah itu
aku di perlakukan seperti pembantu dan hanya di beri makan 1 kali. Aku harus
bekerja dari jam 4 pagi sampai nanti selesai jam 8 malam. Itu ku lakukan sampai
usiaku 13 tahun. Kini aku merasa muak dan ingin lari dari rumah penjara ini.
Aku tidak bisa hidup di tengah aturan yang terlalu ketat. Aku tidak pernah
merasakan di perhatikan, di sayang lagi. Aku rindu kakek & nenek.
Ketika subuh, aku
berpura – pura membuang sampah di luar rumah. Hal ini aku manfaatkan untuk
melarikan diri dan aku berhasil. Aku berlari terus untuk kembali ke panti
asuhan. Oh Tuhan, aku lelah hidup di tengah keluarga seperti itu. Namun, ketika
aku hampir sampai di panti asuhan. Aku tertabrak oleh bus kota dan aku
mengalami gegar otak. Dengan hal itu, orang tua asuhku merawatku dan memberi
kasih sayangnya. Ayah dan ibu angkatku meminta maaf kepadaku. Tanpa mereka
meminta maaf pun, aku sudah memaafkannya. Tampak dari jendela kamar ICU kakek
dan nenek tersenyum padaku. Sampai akhirnya, aku sembuh total, aku kembali ke
rumah itu dan aku rasakan kebahagiaan bersama keluarga.
Komentar
Posting Komentar